ETAPE 1-PULAU JAWA
Hari ke-1, Senin (06/07), pukul 06.00-21.00 WIB : Demak-Petarukan (Pemalang)
Hari ke-1, Senin (06/07), pukul 06.00-21.00 WIB : Demak-Petarukan (Pemalang)
Setelah malamnya packing terakhir, pagi-pagi sekali
perjalanan dimulai. Rencana semula, start gowes adalah Semarang, namun berubah
menjadi Demak. Berjarak kira-kira 26 km dari rumah di Kadilangu hingga Gereja
Blenduk Kota Lama. Pukul 08.00 tiba di
Kota Lama. Reset cyclo disini. ODO menunjukkan angka 8481 km. Inilah awal perjalanan di titik Semarang.
Gereja Blenduk, Kota Lama-Semarang, 26 Km dari Demak |
Barangkat dari Kadilangu, Demak |
Saat berangkat dari Demak tadi, ternyata om Hadi menunggu di alun-alun Demak.
Sementara aku keluar lewat jalur terminal. Kami selisih jalan. Di Buyaran,
akhirnya kami bertemu. Om Hadi mengawal hingga pabrik Saniharto, di seberang
desa Gemulak. Foto yang dibuat disini, menjadi bahan pertama postingan di grup MTBFI, yang kemudian
menjadi semacam portal info gowes mudik ini. Jalur Demak-Semarang ini juga
menjadi testcase pertama jalur
pantura, khususnya merasakan bagaimana rasanya bersepeda di sisi pinggir jalan
dengan truk/bus. yang berseliweran di dekatnya.
bersama om Hadi di jalan raya Demak-Semarang |
Setelah melewati pasar Johar,Balai Kota, dan Tugumuda, belok
kanan ke arah Mangkang. Tiba di batas kota mangkang sekitar pukul 10.00. Udara
sudah begitu terik meski belum masuk tengah hari. Istirahat pertama di sini,
sambil menyalakan WA untuk berkomunikasi dengan teman-teman Fedsemar. Setengah
jam masuk Kaliwungu. Pukul 11.00 masuk kota Kendal.
di batas kota Semarang-Kendal |
Sekolah Alam Auliya, Kendal |
Di kota Kendal, sempat mampir dulu di Sekolah Alam Auliya
Kendal yangberlokasi di dekat Polres Kendal. Foto bersama guru-guru yang
kebetulan sedang berada disekolah. Oleh Pak Parno, aku diberi sekotak kurma
kualitas no. 1. “Untuk sumber energi”, kata beliau.
Pukul 11.15 melanjutkan perjalanan setelah sempat membasahi
rambut di sini. Jalur yang kupilih adalah jalur lambat di jalan Pemuda. Melawan
arus, tapi diperbolehkan selama tetap berada di jalur lambat. Gowes terus hingga melewati Cepiring, Gemuh, dan Weleri. Panas yang menerpa wajah agak terkurangi oleh
buff yang kupakai. Tepat jam 12.00 tiba di Weleri. Tepatnya di pombensin
“Amanah”. Uniknya, adzan duhur
dikumandangkan di pombensin ini. Kulihat
ada sesorang dengan penampilan khas, mungkin bos pom bensin menjadi imam dengan makmum sebagian besar
pegawai pombensin. Aku berbuka lebih awal disini, dengan beberapa kerat kurma
dan air putih. Panasnya, sungguh tak nguati.
Memasuki Alas Roban, kupilih jalur lama yang lebih pendek.
Kemudian tiba dipersimpangan. Kekiri jalur truk, kanan jalur mobil pribadi.
Jalur kanan lebih pendek tapi lebih curam tanjakannya. Jalur kiri, jalur truk
lebih landai tapi lebih panjang jalurnya. Setelah 5 menit mengamati situasi,
akhirnya kupilih jalur kiri. Pertimbangannya, karena jalurnya lebih dingin,
tidak terlalu terik, dan lebih sedikit dilewati bis.
Pukul 13.00 aku sudah terlepas dari Alas Roban. Kupikir
tanjakan berakhir disini, tapi rupanya itu baru pemanasan. Ada banyak tanjajkan sepanjang jalur Gringsing
dan Subah, baru sedikit berkurang di Tulis. Di Tulis aku istirahat sebentar. Waktu
nanjak di salah satu tanjakan di subah, aku melewati orang gila yang sedang
duduk bermalas-malasan. Demi melihat aku naik sepeda full beban sambil nanjak
di terik matahari, kepala orang gila itu langsung tegak, matanya tajam
mengamati. Mungkin hatinya berkata, “woo, dasar wong uedan, panase koyo ngene,
nanjak san…” hehe…. Tiba di Tulis, daerah yang bebas tanjakan pukul 16.00.
Berarti aku 3 jam berada dijalur Alas
Roban-Tulis ini.
Jalan di Gringsing-Subah, puaniss... |
Memasuki kota Batang pukul 16.30. Langit mulai sedikit teduh
tak segarang tadi. 30 menit kemudian masuk ke kota Pekalongan. Karena mendekati magrib, akhirnya sepeda kubelokkan
ke arah masjid jami’ Pekalongan ditengah kota. Hari itu, lalulintas disekitaran
masjid terlihat semrawut. Motor-motor di parkir hingga 2 lapis dipinggir jalan
bersama dengan lapak-lapak jualan. Ditambah orang-orang berlalu lalang,
sehingga lalu lintas menjadi tersendat.
Di masjid, orang-orang sudahberbaris rapi menunggu berbuka sambil
mendengarkan kultum jelang berbuka. Ta’mir sibuk membagikan ta’jil kepada
jamaah.
Menara masjid Pekalongan |
Gerbang Kab. Pekalongan |
Om Nirwan, Fedpekalongan |
Selepas Comal, memasuki Petarukan. Jalan Comal-Petarukan ini
ternyata banyak jeglongannya. Jeglongan ini akibat dari sambungan antar beton
yang melebar. Sehingga kecepatan tidak bisa ditingkatkan disini. Aku sempat
mampir di warung angkringan, minum teh
untuk sekedar menghangatkan badan.
Pukul 20.40 barulah aku sampai di Petarukan, di rumahnya om Zumachir,
FedPemalang.
Rupanya om Zumachir magrib tadi telah menyiapkan sego liwet
spesial untuk menu berbuka.Tapi apa daya, magrib aku baru sampai di Pekalongan.
Kami kemudian ngobrol tentang sepeda turing. Kulihat ada Poema dan Mount Everest
terparkit di rumahbeliau. Om Zumachir belum lama ini melakukan turing ke Bromo.
Tak lama, datang bergabung seorang teman dari FedPemalang. Setelah bersih-bersih
diri dan makan malam, om Zumachir menyarankanku untuk istirahat. Pukul 24.00
aku mulai tidur.
Jarak tempuh hari itu 134 km atau 160 km jika dihitung dari
Demak. Biaya yang dikeluarkan : 30 ribu
rupiah (air minum).
Peta Hari ke-1, Demak-Petarukan, 160 km. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar