Selasa, 15 Maret 2016

(3) Gowes Mudik 2015 Semarang-Lahat : Hari ke-1, Demak-Pemalang



ETAPE 1-PULAU JAWA

Hari ke-1, Senin (06/07), pukul 06.00-21.00 WIB : Demak-Petarukan (Pemalang)
Setelah malamnya packing terakhir, pagi-pagi sekali perjalanan dimulai. Rencana semula, start gowes adalah Semarang, namun berubah menjadi Demak. Berjarak kira-kira 26 km dari rumah di Kadilangu hingga Gereja Blenduk Kota Lama.  Pukul 08.00 tiba di Kota Lama. Reset cyclo disini. ODO menunjukkan angka 8481 km.  Inilah awal perjalanan di titik Semarang.
Gereja Blenduk, Kota Lama-Semarang, 26 Km dari Demak
Barangkat dari Kadilangu, Demak
Saat berangkat dari Demak tadi, ternyata om Hadi menunggu di alun-alun Demak. Sementara aku keluar lewat jalur terminal. Kami selisih jalan. Di Buyaran, akhirnya kami bertemu. Om Hadi mengawal hingga pabrik Saniharto, di seberang desa Gemulak. Foto yang dibuat disini, menjadi bahan pertama  postingan di grup MTBFI, yang kemudian menjadi semacam portal info gowes mudik ini. Jalur Demak-Semarang ini juga menjadi testcase pertama jalur pantura, khususnya merasakan bagaimana rasanya bersepeda di sisi pinggir jalan dengan truk/bus. yang berseliweran di dekatnya.  

bersama om Hadi di jalan raya Demak-Semarang
Setelah melewati pasar Johar,Balai Kota, dan Tugumuda, belok kanan ke arah Mangkang. Tiba di batas kota mangkang sekitar pukul 10.00. Udara sudah begitu terik meski belum masuk tengah hari. Istirahat pertama di sini, sambil menyalakan WA untuk berkomunikasi dengan teman-teman Fedsemar. Setengah jam masuk Kaliwungu. Pukul 11.00 masuk kota Kendal.
di batas kota Semarang-Kendal
Sekolah Alam Auliya, Kendal
 Di kota Kendal, sempat mampir dulu di Sekolah Alam Auliya Kendal yangberlokasi di dekat Polres Kendal. Foto bersama guru-guru yang kebetulan sedang berada disekolah. Oleh Pak Parno, aku diberi sekotak kurma kualitas no. 1. “Untuk sumber energi”, kata beliau.

Pukul 11.15 melanjutkan perjalanan setelah sempat membasahi rambut di sini. Jalur yang kupilih adalah jalur lambat di jalan Pemuda. Melawan arus, tapi diperbolehkan selama tetap berada di jalur lambat.  Gowes terus hingga  melewati Cepiring, Gemuh, dan Weleri.  Panas yang menerpa wajah agak terkurangi oleh buff yang kupakai. Tepat jam 12.00 tiba di Weleri. Tepatnya di pombensin “Amanah”.  Uniknya, adzan duhur dikumandangkan di pombensin ini.  Kulihat ada sesorang dengan penampilan khas, mungkin bos pom bensin  menjadi imam dengan makmum sebagian besar pegawai pombensin. Aku berbuka lebih awal disini, dengan beberapa kerat kurma dan air putih. Panasnya, sungguh tak nguati.

Memasuki Alas Roban, kupilih jalur lama yang lebih pendek. Kemudian tiba dipersimpangan. Kekiri jalur truk, kanan jalur mobil pribadi. Jalur kanan lebih pendek tapi lebih curam tanjakannya. Jalur kiri, jalur truk lebih landai tapi lebih panjang jalurnya. Setelah 5 menit mengamati situasi, akhirnya kupilih jalur kiri. Pertimbangannya, karena jalurnya lebih dingin, tidak terlalu terik, dan lebih sedikit dilewati bis. 

Pukul 13.00 aku sudah terlepas dari Alas Roban. Kupikir tanjakan berakhir disini, tapi rupanya itu baru pemanasan.  Ada banyak tanjajkan sepanjang jalur Gringsing dan Subah, baru sedikit berkurang di Tulis. Di Tulis aku istirahat sebentar. Waktu nanjak di salah satu tanjakan di subah, aku melewati orang gila yang sedang duduk bermalas-malasan. Demi melihat aku naik sepeda full beban sambil nanjak di terik matahari, kepala orang gila itu langsung tegak, matanya tajam mengamati. Mungkin hatinya berkata, “woo, dasar wong uedan, panase koyo ngene, nanjak san…” hehe…. Tiba di Tulis, daerah yang bebas tanjakan pukul 16.00. Berarti aku 3 jam berada  dijalur Alas Roban-Tulis ini. 
Jalan di Gringsing-Subah, puaniss...
Tugu batas kota Batang

Memasuki kota Batang pukul 16.30. Langit mulai sedikit teduh tak segarang tadi. 30 menit kemudian masuk ke kota Pekalongan. Karena  mendekati magrib, akhirnya sepeda kubelokkan ke arah masjid jami’ Pekalongan ditengah kota. Hari itu, lalulintas disekitaran masjid terlihat semrawut. Motor-motor di parkir hingga 2 lapis dipinggir jalan bersama dengan lapak-lapak jualan. Ditambah orang-orang berlalu lalang, sehingga lalu lintas menjadi tersendat.  Di masjid, orang-orang sudahberbaris rapi menunggu berbuka sambil mendengarkan kultum jelang berbuka. Ta’mir sibuk membagikan ta’jil kepada jamaah.

Menara masjid Pekalongan
Gerbang Kab. Pekalongan
 Setelah sholat maghrib jama’ isya, kulanjutkan perjalanan ke arah Comal. Tadi om Nirwan dari Fedpekalongan sudah melakukan kontak. Sekitar pukul 19.00 barulah aku bertemu dengan om Nirwan. Tepatnya di gerbang selamat jalan kota Pekalongan. Dari sini, om Nirwan yang seorang guru ini, mengawal hingga jembatan besi Comal yang ada pos polisinya. Dari Pekalongan hingga ke Petarukan masih sekitar 30 km lagi.
Om Nirwan, Fedpekalongan
 Selepas Comal, memasuki Petarukan. Jalan Comal-Petarukan ini ternyata banyak jeglongannya. Jeglongan ini akibat dari sambungan antar beton yang melebar. Sehingga kecepatan tidak bisa ditingkatkan disini. Aku sempat mampir di warung angkringan, minum teh  untuk sekedar menghangatkan badan.   Pukul 20.40 barulah aku sampai di Petarukan, di rumahnya om Zumachir, FedPemalang. 

Rupanya om Zumachir magrib tadi telah menyiapkan sego liwet spesial untuk menu berbuka.Tapi apa daya, magrib aku baru sampai di Pekalongan. Kami kemudian ngobrol tentang sepeda turing. Kulihat ada Poema dan Mount Everest terparkit di rumahbeliau. Om Zumachir belum lama ini melakukan turing ke Bromo. Tak lama, datang bergabung seorang teman dari FedPemalang. Setelah bersih-bersih diri dan makan malam, om Zumachir menyarankanku untuk istirahat. Pukul 24.00 aku mulai tidur. 

Jarak tempuh hari itu 134 km atau 160 km jika dihitung dari Demak.  Biaya yang dikeluarkan : 30 ribu rupiah (air minum).
Peta Hari ke-1, Demak-Petarukan, 160 km.

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar