Sabtu, 30 April 2016

(14) Gowes Mudik 2015 : Pulang Balik ke Semarang dari Lahat

Tidak terasa seminggu sudah aku berada di rumah. Waktunya kembali ke Semarang. Mamakku ternyata sudah membelikanku tiket bis ke Jakarta. Harganya lumayan. Rp 500.000, 00. Bis itulah yang membawaku dan sepeda yang kulepas  ban depan dan paniernya menuju Jakarta untuk kemudian disambung ke Semarang.
di pool bis Telaga Biru
 Sehari sebelum pulang aku sempat ke Pagar Alam, 50 km dari Lahat ke arah Bengkulu. Selain melihat rumah adik dan iparku, juga mendaki gunung Dempo, tapi dengan mengendarai motor. Perjalanan ini menjadi penting, karena rencananya suatu hari nanti, aku ingin menelusuri jalur Lahat-Pagar Alam-Gunung Dempo dengan sepeda. Paling tidak gambaran tracknya menjadi jelas. Tidak ada satupun rute di Jawa tengah yang menyamai. Tidak Bandungan, tidak pula Kopeng. Track semacam ini hanya ada di Sumatera. Khas Sumatera.
Puncak Rimau, Gunung Dempo, Pagar Alam, Lahat

Berangkat dari Lahat siang, sampai di Jakarta pun siang. Kedua adikku mengantarku hingga bis berangkat. Kini aku menyusuri lagi jalan yang minggu lalu kulewati, bedanya kali ini dengan bus besar.
langit subuh di Selat Sunda
Setiba di terminal Kalideres, aku merangkai kembali sepeda dan panier. Tujuanku adalah Jakarta Pusat. Ya, aku mau mampir ke rumah salah seorang teman terbaikku waktu SMP. Dialah Wisnu Desrano, yang kemudian lebih suka menyebut dirinya Abdul Aziz setelah 'hijrah'. Aku sih tetap memanggil dengan panggilan masa kecil : Inu.
lewat Monas, Jakpus
Aku sangat bersyukur bisa menemui, bahkan bermalam di rumah Inu. Sebab, ternyata itu menjadi pertemuan terakhirku bersamanya. Allah berkehendak lain. Beberapa bulan kemudian, Inu dipanggil oleh-Nya. Setelah satu dua tahun menderita stroke di lengan kiri, Inu akhirnya wafat meninggalkan 3 orang putra dan seorang istri.  Inu, adalah sosok berjiwa mulia, baik hati, dan ayah yang baik. Semoga Inu khusnul Khotimah. Surga untukmu, bro....

Hari itu, Inu bahkan masih bisa mengantarkanku hingga terminal Rawamangun. Dibonceng mba Ana, istrinya, ia bersikeras memotoku yang sedang gowes dari atas motor hingga terminal. Luar biasa, semangat pengorbanannya. Budi baiknya ini akan senantiasa kukenang sepanjang masa.
difoto sama Inu (alm)

my dear best friend, Inu (alm)

Inu (alm) dan istri
 Di terminal Rawamangun, aku naik salah bus yag lewat Semarang. Tiketnya hanya 250 ribu rupiah. Tapi aku belum tenang karena ongkos bagasi belum diketahui, Ongkos bagasi ditentukan oleh awak bis. Setelah bus itu datang, dan nego yang yang alot, aku di charge 200 ribu untuk memuat sepeda di bagasi samping. Sebenarnya rencana semula adalah aku ingin naik kereta dan menggunakan jasa kurir di sekitar stasiun kereta. Tapi ternyata, layanan gerbong barang ditutup dan baru dibuka H+7 setelah lebaran.

Aku tiba di Krapyak, Semarang pukul 02. 00 dinihari. Perlahan aku merangkai kembali sepeda, dalam keheningan dan cahaya lampu kota. Untuk kemudian menyusuri jalan Kalibanteng, Soegiyopranoto, Simpanglima, lalu Majapahit. Kecepatannya pelan, pelan sekali. Sebab aku berharap, subuh barulah aku tiba di rumah, di bilangan Meteseh. Sebab, kunci rumah ada di tetangga. Mereka tentu terganggu jika sebelum subuh aku sudah membangunkan minta kunci. Berangkat dari Demak bada Subuh dan pulang kembali ke rumah di waktu Subuh. Alhamdulillah.

Krapyak,Semarang pukul 02.00 pagi
Note :
Paska perjalanan Gowes Mudik, tercatat setidaknya ada 4 kali aku berbagi cerita perjalanan.
1. di SDIT Bina Amal (2 kali)
pertemuan ke-2

2. di forum Fedsemar di basecamp Krakatau
berbagi cerita di kafe Krakatau
3. di SMPI Al-Azhar 14
4. di SMP Alam Ar-Ridho

dan salah satu foto perjalanan mendapat hadiah berupa spion helm sepeda dari Bike To Kampoeng, sebagai salah satu foto terbaik musim Gowes Mudik 2015.

Foto Terbaik pilihan Bike To Kampoeng 2015

(13) Gowes Mudik 2015 : Di Kampung Halaman, Lahat City

Masih dalam kondisi berkeringat, aku minta Dedek mengambil gambarku bersama bapak di depan rumah, untuk mengabadikan detik dimana aku sampai di rumah, dengan selamat. I am home ....
bersama Bapak dan Alifa (Keponakan)
Tenda yang kubawa dari Semarang, tidak sempat kugunakan ^_^. Sebagai gantinya, tenda itu kudirikan di depan rumah. Keponakanku dengan riang bermain disana, bersama Bapak. Bapak yang sudah jadi eyang terlihat senang sekali bermain di depan tenda bersama cucunya.
gembiranya Eyang kakung bersama cucu
Tiba di rumah, aku tak langsung midang (main keliling kota). Ternyata ada banyak pekerjaan bapak dan mamak yang harus aku bantu. Semuanya meminta deadline yang sama, malam takbiran. Tapi suasana seperti inilah yang aku rindukan. Suasana kesibukan menjelang lebaran. Mamakku memang dikenal pandai memasak, sehingga lebaran ini ia mendapat order banyak jenis masakan. Dedek juga sedang menggarap proyeknya, souvenir pengantin. Semuanya sibuk.
souvenir buatan Dedek
Mamakku dan masakan yang dibuatnya
Saat malam takbiran, aku menyempatkan diri bersilahturahim ke rumah saudara-saudara bapak yang berada tidak jauh dari rumah. Dan setelah sholat Ied, inilah moment yang kutunggu-tunggu, yaitu saat aku bersimpuh di kaki bapak dan mamak, memohon ampunan atas setiap kesalahan yang telah kuperbuat. Tak terhitung dosa yang kuperbuat kepada kedua orangtuaku ini....
Sungkem pada Bapak dan Mamak
Setelah itu,kami pun makan bersama. Hidangannya tentu saja khas melayu, yaitu ketupat dengan satur rendang dan sambel ati atau opor. Aku sangat menikmati sessi ini. Terutama setelah sekian tahun aku tak makan bersama di pagi 1 Syawal.

sarapan hari raya

Setelah itu, barulah aku midang mengeksplorasi kota Lahat dengan menggunakan sepeda. Lahat ternyata tak berubah, tetap menjadi kota indah nan bersahaja. Bumi Seganti Setungguan ini akan selalu menjadi  kota kecil yang selalu dirindukan.
Lahat KM 0

Tugu pahlawan pertigaan Talang Jawa

Jembatan Gantung Lematang

bertemu Om Noorca, FedPalembang yang ternyata jeme Lahat ^_^ di Pasar Bawah

Reunian dengan kance lame...

Sungai Lematang dari tengah-tengah Jembatan Gantung

Poto kudai, bai...

Aye Lematang

Lematang River

Mampir ke sekolah kito dulu waktu kecik

Stasiun Lahat