Senin, 25 Agustus 2014

Gowes 200Km Semarang-Borobudur pp di TDB 2014

Finish, alhamdulillah...
Gowes Semarang-Borobudur adalah event tahunan yang digelar oleh SAMBA.  Dari kegiatan internal klub yang jumlahnya belasan, sekarang telah diikuti hingga ribuan peserta. Tahun 2014 ini, untuk meningkatkan kualitas layanan, panitia membatasi hingga 1000 orang peserta saja. Dan alhamdulillah, aku dan om Maryoto termasuk di dalamnya.

foto dari Jawa Pos

Setelah nyaris batal ikut, om Maryoto memberi kabar gembira, bahwa klub sepeda PCC di Purwokerto akan mengikuti event ini dan memerlukan bantuan untuk registrasi dan hal-hal teknis lainnya. Karena kami berposisi di Semarang, tentu akan lebih memudahkan mengurus kelengkapan pendaftaran peserta. Great thanks to PCC karena telah menyediakan 2 tiket untuk kami berdua. Dari tiket yang dibandrol 250 ribu, pendaftar mendapat jersey, asuransi, makan siang, snack and drinks, dan medali bagi yang mampu mencapai finish.

Menjelang hari-H, teman-teman Fedsemar pun akhirnya ikut serta, baik sebagai peserta resmi maupun tidak resmi alias non jersey. Om Rudy bahkan menyiapkan mobil box untuk digunakan sebagai alat loading saat pulangnya.

Tour De Borobudur XIV yang diselenggarakan oleh SAMBA kali ini, menempuh jarak 100 km.Lebih jauh 12 km dari TDB 2013 yang berjarak 88 km. Perbedaan dengan tahun sebelumnya adalah, saat di Pringsurat, peserta diarahkan untuk berbelok ke kiri melalui Grabag. Sehingga jarak menjadi lebih jauh, treknya lebih dinamis disertai pemandangan khas pedesaan yang lebih indah.

Pukul 06.00 WIB, peserta diberangkatkan dari Mako Brimob Srondol. Kami memilih untuk mendahului start. Ini tips dari senior supaya tidak tertinggal terlalu jauh dari rombongan utama. Sebab, pada dasarnya, gowes TDB ini patokannya adalah Roadbike dengan kecepatan rata-rata 30 km/jam, meskipun peserta diperbolehkan membawa sepeda jenis apa saja, baik MTB maupun Seli yang berkecepatan rata-rata dibawah RB. Om Maryoto kali ini membawa Bridgestine MB-5, dan aku seperti biasa, Federal Totti.

Kami izin kepada teman-teman PCC untuk berada di depan. Aku dan om Maryoto punya rencana untuk mempertahankan kecepatan minimal 20 km/jam. Ini supaya di jalan tidak terlalu panas. Sebab panas tengah hari mempercepat dehidrasi dan kelelahan. Asumsi kami, paling lambat kami akan memasuki garis finis pada pukul 11.00 WIB. Dengan frekuensi gowes hampir satu tahun ini, kami yakin akan mampu tiba di finish tanpa kendala.

Tapi, baru sampai Lemah Abang, ban dalam Panaracernya om Maryoto gembos, akibat tekanan yang kurang keras. Segera kami mengganti ban dalam dengan ban cadangan yang biasa kubawa.  Ukurannya pas, 26x1,25/1,5. Karena ban luar Panaracer terbuat dari  Kevlar, maka tanpa menggunakan alat, om Maryoto dapat membukanya dengan cepat. Tidak lebih dari 10  menit, ban sudah dapat digunakan kembali dengan kondisi ban dalam baru. Namun, karena ban itu dipompa dengan pompa tangan kecil, maka tingkat kekerasannya tak bisa maksimal. Kelak, om Maryoto menambah anginnya di daerah menjelang Bawen. Di jalan ini, kami bertemu dengan om Yuli Ardi yang menggunakan Road Bike.

Pecah ban

Tidak lama, kami sampai di Pitstop pertama yaitu di Pom Bensin Bawen. Pitstop yang semula direncanakan di Terminal Bawen digeser ke Pom Bensin. Posisinya yang berada di turunan, membuat tidak semua peserta bersedia berhenti. Banyak yang melewatinya. Kami juga nyaris melewatinya kalau saja tidak diteriaki oleh teman-teman Fedsemar yang sudah lebih dulu tiba karena start yang lebih awal.Di Pitstop pertama, peserta diberi sarapan pisang rebus dan roti juga air mineral.

Pitstop 1 : Pom Bensin Bawen

Selepas Bawen, peserta diarahkan melalui Jalan Lingkar Ambarawa. Jalan lingkar ini termasuk jalan lingkar dengan pemandangan terindah di Indonesia. Namun, banyak juga peserta yang memilih melalui jalur dalam kota Ambarawa, karena lebih pendek.

Jalur Lingkar Ambarawa
Menunggu teman... di JLA

Selepas ambarawa, trek mulai menanjak. Tanjakan Jambu dan Bedono disikat saja tanpa banyak pertimbangan. Di sini, beberapa peserta mulai terlihat tercecer. Sebagian sudah ada yang diloading.

Tanjakan letter S

Pistop kedua berada di sini. Di rumah makan Rahayu, setelah kopi Eva. Jaraknya hampir 50 km dari garis start. Disini, peserta juga dapat kembali beristirahat dan dapat mengganjal perut dengan makanan kecil. Pistop kedua ini banyak diminati peserta. Sambil istirahat, kami sempat berkenalan dengan para goweser. Rata-rata dari luar kota. Ada yang dari pekalongan, demak, dan Kudus. Ada juga yang dari luar propinsi seperti Jatim.
Pitstop 2 : RM Rahayu, Pringsurat-Grabag

Berikutnya adalah Pringsurat. Jalur masih dinamis, walaupun tidak seberat  sebelumnya. Jalur Pringsurat adalah jalur rolling, naik-turun. Setelah lepas dari Pringsurat, dan di salahsatu jalan menurun, tepatnya di pertigaan Grabag, ada polisi yang mengarahkan peserta untuk berbelok ke kiri, keluar dari jalan raya utama, menuju Grabag.

Petualangan jalur baru di mulai dari sini. Jalur Grabag ini ternyata lebih dinamis lagi. Mirip trek di di daerah Ungaran. Jalannya kecil, bagus, tapi penuh dengan tanjakan dan juga turunan. Namun, pemandangan dan udaranya sejuk dan indah dipandang, khas pedesaan. Ada satu turunan panjang disini. Saat melewatinya, harus hari-hati, karena ujungnya berbelok. Beberapa peserta kata om Maryoto terjatuh disini. Aku sendiri nyaris insiden, karena saat sedang asyik menikmati bonus turunan, tiba-tiba di ujung berbeloknya itu nongol wajah bus besar. Jalan cuma tersisa sedikit saja alias ngepas untuk sepeda. Waduh. Alhamdulillah, tidak sampai terjadi crash, tapi cukup membuat 'maktratap'.

Salah satu trek nanjak di Grabag

Jalur ini cukup panjang. Lebih dari 10 km. Selepas jalur ini adalah Magelang Kota, tepatnya adalah daerah Akmil. Nah, dari sini, trek sudah cenderung datar atau menurun. Tapi, suhu berubah menjadi lebih panas. Di sekitaran Akmil sebenarnya ada Pitstop lagi, tapi peserta lebih memilih meneruskan perjalanan. Mereka mengambil air mineral yang disediakan panitia sambil dalam kondisi digowes. Seperti orang berlari yang mengambil air dalam kondisi tetap berlari.

Tidak jauh dari sini, ada toko waralaba. Aku berhenti disitu. Sambil menunggu om Maryoto. Trek Grabag tadi memisahkan kami. Tak lama kemudian, om Maryoto melintas. Kami istirahat sebentar untuk kemudian melanjutkan kembali perjalanan. Jarak masih sekitar 25 km lagi. Akan dapat diraih dalam 1 jam lagi. Namun, om Maryoto, menyampaikan kondisi lututnya yang mulai terasa sengkring-sengkring. Jadi tidak bisa dengan kecepatan penuh.

Masuk Magelang

Kami kemudian tiba di Tugu Salaman. Dari sini, garis finish tinggal 14 km lagi dengan trek datar dan menurun. Om Maryoto menyilahkan aku duluan, karena lututnya semakin sakit sehigga gowesnya musti pelan supaya tidak menjadi kram. Kami berpisah disini. Om Yuli Ardi yang menggunakan Roadbike sudah sampai dari tadi. om Yuli menunggu kami di di garis finish.

Tugu Salaman

Menjelang pukul 11.00 WIB, akhirnya aku tiba di garis finish. Di sebuah lapangan dekat rumah makan atau hotel Pondok Tingal. Kondisi sudah ramai. Peserta yang tiba segera menukarkan tiket terakhirnya dengan makan siang boks, handuk kecil basah, dan medali tanda mencapai finish. Tak lama kemudian, bergabung om Maryoto. Dan kemudian menyusul juga teman-teman Fedsemar. Kami tidak terlalu begitu fokus dengan undian Doorprize. Sebab begitu selesai makan, kami segera keluar dari lokasi menuju mushola kecil untuk menunaikan sholat duhur jamak ashar.

pisan-pisan poto ah... ^_^

Setelah sholat dan meluruskan kaki. Kami berembug untuk menentukan jalan pulang. Teman-teman Fedsemar memutuskan untuk loading bersama mobil boks om Rudy. Om Maryoto yang semula berniat pulangnya digowes, karena kondisi kaki akhirnya turut diloading. Tinggal aku dan om Yuli Ardi yang akhirnya memutuskan untuk di gowes kembali.

Pukul 13.30 WIB, kami berdua pamit duluan ke Semarang. Jalur 100 km kembali membentang di depan mata. Mateng! haha... Menjelang keluar Muntilan, kami bertemu om Aji, mekanik Adi Bike yang menggunakan MTB dengan ban besar. Ia rupanya sedang menunggu loading-an juga. Kami pun meneruskan kembali perjalanan.

Mulih sik, nda....

Menjelang lepas Magelang, kami sempat mampir gerai Jus buah, untuk sekedar membasahi kerongkongan dan menambah energi. Sampai Secang, jalur landai menanjak. Disini kami bertemu beberapa goweser yang hendak pulang ke Semarang. Termasuk diantaranya seorang kakek tua. Pertemuan dengam beliau menambah semangat kami. Kalau yang sepuh saja tetap semangat gowes pulang apalagi kami yang masih muda ini. Halah!

Semangat, kek...!
Om Yuli Ardi, kiri.

Di jalur ini, kami sempat didahului oleh mobil boks teman-teman yang pulang. Tapi kemudian mereka terhambat macet. Sehingga kembali kami berada di depan. Kami berhenti sebentar di Kopi banaran. Kemudian jlan lagi. Nah, setelah kopi Eva, jalur sudah mulai menurun. Isinya tinggal bonus saja. Kami meliuk-liuk di turunan letter S, yang saat berangkat adalah tanjakan. Bermanuver di sela-sela mobil dan truk, kami meluncur turun. terus turun...Mantab! begitu terus hingga Ambarawa.

Tidak terasa kami sampai Bawen. Satu tanjakan lagi, setelah itu turunan lagi. Sampai di sini, langit masih terang. Memasuki Ungaran, langit mulai menampakkan garis merah, tanda maghrib tiba. Saat langit semakin menggelap, kami putuskan untuk istirahat sebentar di warung kucingan, sambil menikmati Susu jahe Panas, menghangatkan perut, dan membiarkan maghrib lewat.

Di Banyumanik, kami berpisah. om Yuli ke rumahnya, aku ke kanan ke arah Sigarbencah. Menuruni Sigar bencah di malam hari menjadi keasyikan tersendiri. Turunan Sigben menjadi bonus penutup trek Borobuur-Semarang. Tiba dirumah sekitar adzan Isya. Alhamdulillah tanpa kurang suatu apa. Teman-teman loading juga memberi kabar baru tiba. Wah, ternyata antara digowes dengan loading tidak jauh beda. Gowe Semarang-Borobudur pp menjadi pengalaman tak terlupa. Eh, jangan lupa besok masuk kerja. Siap!

Data teknis :
- Distance : 200 km
- Average Speed : 20,5 km/jam


- Rute :