Jumat, 15 Mei 2015

Menyambut Aki-aki Gowes Turing Jakarta-Solo


Menunggu di Kalibanteng
Sebagai kota yang letaknya ditengah-tengah pulau Jawa, Semarang seringkali menjadi kota perlintasan bagi para peturing. Baik dari arah Jakarta menuju Solo atau Surabaya, bahkan Jogjakarta, dan juga sebaliknya.

Kali ini, grup FB MTBFI menyiarkan bahwa akan ada sekelompok aki-aki pensiunan berusia diatas 60 tahun yang Gowes Turing dari Jakarta ke Solo. Awalnya rute yang direncanakan tidak melewati Semarang, melainkan melalui jalur selatan, yaitu Purwokerto-Purworejo-JOgja-solo. Tapi dalam perkembangannya, rutenya berubah, yaitu melewati Semarang. Atau dengan kata lain menyusuri Pantura. Pertimbangannya tentu, jalur Semarang akan lebih 'ramah' bagi aki-aki itu daripada jalur selatan yang banyak tanjakannya.

keluarga Fedsemar segera bersiap-siap menyambut. Meskipun  tidak kenal sebelumnya dengan aki-aki itu, tapi rasa persaudaraan sesama goweser, terlebih kepada para veteran, membuat teman-teman bersemangat menyambut. Om Taufiq segera mencolek beberapa teman yang sekiranya memiliki keluangan waktu, diantaranya yang bisa : om Djoko, om Hercules dan aku. Dalam perkembangannya, jumlahnya bertambah karena turut bergabung om Arwin dan om Djumiko. Om Yudi juga menyiapkan rumahnya sebagai tempat istirahat, jikalau aki-aki itu perlu menginap di Semarang.
Tim Penyambut

Hari itu hari libur, Kamis (14/5). Sehingga, beberapa teman tadi sudah berada di jalan sejak pagi. Aku baru bisa bergabung dengan mereka sekitar ba'da dhuhur. Tikumnya di tokonya Mbak Yati di jalan Hasanuddin. Om Hercules yang semula sudah berada di Kalibanteng, meluncur juga ke Mbak Yati. Menjelang pukul 3 sore, barulah kami berlima menuju Kalibanteng via arteri untuk menyambut aki-aki.

Tidak lama, kami memperoleh kabar, bahwa salah seorang diantara aki-aki itu malah sudah sampai Krapyak...karena diloading dengan bus. Sakit, kondisinya. Kami segera bergerak ke Krapyak. Kebetulan kami belum ashar-an, sehingga kami memarkirkan sepeda di masjid Krapyak, dekat pintu keluar tol. Tak disangka, justru di masjid itulah pak Basuki, nama aki itu, bertemu dnegan kami.

Pak Basuki kemudian menceritakan pengalamannya. Termasuk saat terjatuh di ruang wudhu. Kena kepala. Juga penyebab beliau loading, yaitu kondisi fisiknya yang drop saat nanjak di alas roban sehingga tertinggal jauh dari rombongan. Kami coba menelaah sepeda beliau. Ternyata roadbike dengan crank besar dan sproket belakang yang terlalu kecil. Pantesan...^_^ Pasti butuh energi besar sekali untuk bisa melalui tanjakan dengan sproket belakang terbesar ukurannya sekitar 18 teeth. KOmbinasi seperti itu hanya bagus di jalanan datar atau menurun, tapi tidak untuk jalur nanjak.

Kami pun berbincang-bincang dengan beliau tentang suka duka gowes di jalan raya. "Pusingnya sudah hilang. Jadi semangat lagi", kata pak Basuki melihat antusias kami menimpali cerita beliau.
pak Basuki nyampe duluan

Info masuk dari Pak Dadang, yang menjadi jubir aki-aki itu, rombongan sudah masuk Kendal, dan berhenti untuk menunaikan sholat ashar. Menurut dugaan kami, dengan trek menurun Mangkang-Krapyak, pukul 5 sore rombongan akan tiba di Semarang. Ternyata, agak meleset, adzan Isya mereka semua baru bermunculan. Kata pak Dadang, "harus sabar, karena yang gowes aki-aki... kecepatannya 13-15 km/jam... hehe....". Ya, diantara mereka ada yang telah berumur 69 tahun, rata-rata  63 tahun. Hanya ada satu yang paling muda, usianya 40an.

Rombongan aki-aki ternyata berjumlah 9 orang, dengan 1 orang diantaranya berperan sebagai dokumentator, dan mengendarai Vespa, sekaligus juga sebagai sweeper. Alat dokumentasinya kamera digital dan kamera video  GoPro. Kelak di rumah om Yudi, kami diperihatkan sekilas hasil dokumentasi Pak Gupuh, nama beliau, merekam perjalanan aki-aki itu dari atas Vespanya. Wah, bagus banget hasilnya...

Om Djoko kemudian melobi kantor Dishub yang berada tidak jauh dari situ, untuk digunakan sebagai tempat istirahat dan parkir barang sebentar.  Setelah kira-kira sepeminuman teh, aki-aki pun menuju arah Simpang Lima.
istirahat di pelataran Dishub, Krapyak
Sebelum tiba di Simpang Lima, rombongan melewati Tugumuda dan Lawangsewu. Dua landmark Semarang ini pun menjadi obyek foto bersama. Setelah itu, masuk ke jalan Pandanaran dan berhenti di pelataran masjid Baiturrahman Simpang Lima, sambil menikmati hangatnya ronde yang ada di sekitar itu.
diTugu Muda
background Lawang Sewu

Puas meronde dan ngobrol-ngobrol, kami melanjutkan perjalanan ke arah Pleburan. Di salah satu tenda Penyetan sepanjang jalan Pleburan, kami kemudian menjamu aki-aki makan malam. Di Simpang Lima ini, tak lama kemudin bergabung anggota Fedsemar yang lainnya : Om Henky, om Wawan, dan om Maulvi, dan juga seorang teman om Dadang yang kebetulan sedang berada di Semarang.
me-ronde di pelataran masjid Baiturrahman

makan mlam di Pleburan

makan malam dulu ya, ki...

Usai makan malam, pukul 22.00 WIB, kami bergerak ke arah TLogosari, ke rumah om Yudi untuk istirahat. Saking asyiknya ngobrol sambil gowes dengan pak Gunawan, salah satu aki itu yang sejak dari Kalibanteng terlihat oke gowesnya, aku lupa berbelok di Lottemart atau di Supriyadi. Aku malah ambil jalur Majapahit dan baru berbelok di pertigaan Fatmawati. Jadilah, meski duluan tapi akhirnya tertinggal dari rombongan. Pak Yudi kemudian datang menyusul di depan gerbang Tlogosari.

Pukul 23.00 WIB kami berpamitan. Om Hercules malah sudah dari tadi undur dari, karena beliau paling jauh rumahnya. Di Sayung sana. Rata-rata kami, tim penyambut, tiba di rumah menjelang tengah malam. Gowes tengah malam di jalanan Semarang menjadi pengalaman sendiri bagiku dan teman-teman penyambut.

Menjelang berpisah tadi, pak Dadang mewakili aki-aki menyatakan kesalutannya atas kekompakkan Fedsemar dan terima kasih atas sambutannya yang luar biasa. Dan mendoakan semoga jalinan silahturahim atau persahabatan ini terjalin untuk selamanya.

Rombongan aki-aki kemudian positif melanjutkan perjalanan keesokan harinya menuju Solo, atau lebih tepatnya Wonogiri, dengan diloading truk. Lima hari di jalan, telah membuat beberapa diantara mereka drop kondisi badan dan mental. Rencananya, setelah tiba di Solo, barulah akan digowes menuju Wonogiri. Kelak, saat perjalanan pulang ke Jakarta, Pak Dadang dan pak GUnawan-lah yang tetap digowes melalui jalur selatan, beserta pak Gupuh dengan vespanya. Pak Dadang dengan Federal Citi Cat-nya dan pak Gunawan dengan Diamond Back-nya.
pagi di rumah om Yudi jelang keberangkatan ke Solo

Kami belajar banyak dari para senior itu. Terutama soal kekuatan  mental dan kesabaran dalam bergelut dengan suka duka perjalanan. Luar biasa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar